Thursday, August 25, 2016

LAVENDER BATURAJA LEBIH BAGUS DARI JAWA & KALIMANTAN

Lavender atau Chalcedony yang berwarna keungu-unguan yang mempunyai serat kura-kura.

Kami mendapat statement dari pedagang batu disini…bahwa Lavender baturaja lebih bagus dari jawa, kalimantan dll

Mahalnya itu menurut kami karena harganya sangat fantastis, rata-rata 2-10 jutaan, bahkan ada yang diatas 10 juta orang yang menjualnya untuk sebuah lavender, sedangkan jika dinilai dari warna dan kejernihan, sangat sulit kami pribadi menghargainya seharga berjuta-juta untuk batu buram dan kurang berwarna.
Namun apa mau dikata, hak pemilik atau pembeli ingin menghargainya mahal atau murah.

Lalu kami cukup heran dan bertanya: kenapa sebabnya bisa lebih mahal lavender dari baturaja dibanding dari daerah lain, karena apa?

Jawaban pedagang tersebut:

1: Karena ada serat kura-kura…, yang dimaksud serat kura-kura karena ada inklusi si batu seperti awan, dan terlihat jika disinari dari bawah, seperti gambar dibawah ini:




chalcedony dan kura kura

2: Lavender jawa, tidak ada kura kura, jikapun ada umumnya lavender jawa banyak yang sintetis, atau dipanasi dulu.

Jadi kami cukup terheran-heran, dengan standarisasi serat “kura kura”.

Lalu kami bertanya untuk jawaban serat kura kura, jadi bagaimana menilai atau (acuan) jika ada dua lavender dari baturaja, berharga berbeda dan sama-sama berserat kura kura, bahwa ada kura-kura yang bagus dan ada yang kurang bagus?

Jawabnya: Pokoknya bagus, lain kelihatannya mana yang bagus dan kurang bagus.

Jawaban dua, dimana sebetulnya tidak menyambung untuk alasan “sintetis” dan “dipanasi” atau heated.
Lalu kami tanyakan, bagaimana tahu itu lavender sintetis atau dipanasi?

Jawabnya karena terlalu mencolok, terlalu indah jika ada serat kura-kura, pastilah itu lavender jawa.

Jadi kesimpulan kami soal serat kura-kura:

Serat kura-kura adalah inklusi atau membuat batu semakin tidak jernih, bagaimana mungkin semakin banyak inklusi semakin mahal?

Jika serat kura kura sebagai faktor atau indikasi lavender baturaja sebagai batu mahal dari baturaja, bagaimana menghitungnya jika ada berbagai macam bentuk kura-kura (awan)?

Sebab, jika tidak ada metode untuk menghitungnya mana yang lebih bagus mana yang tidak, hal itu akan membuat konsumen awam akan semakin bingung dan rawan ditipu atau setidaknya menjadi “debat kusir”.

Contoh faktor kejernihan yang bisa dikalkulasi, diluar negeri kecubung yang buram dan yang bersih namun masih ada kotoran yang tampak dimata dan yang sangat bersih sulit untuk dilihat dimata, akan berdampak pada harga yang sangat berbeda.
Contoh kami menjual kecubung yang kelihatan kotorannya dengan jelas dimata hanya seharga 25 ribu rupiah dan yang jernih bisa diangka 1 jutaan sd 5 jutaan.
Seandainya ada 2 kecubung atau 3 kecubung dst, dan ada perselisihan mengenai kejernihan, tentulah kejernihan ini bisa langsung dinilai, dihitung mana yang lebih banyak kotoran mana yang sedikit kotoran!

Sedangkan serat kura kura itupun, bukannya terlihat, tapi harus disinari dulu dari bawah, barulah terlihat dengan “yang dimaksud”, dan sejauh ini kami belum menemukan cincin yang sudah dilengkapi baterai dan lampu dibawahnya, agar setiap saat bisa terlihat serat kura kuranya, sedangkan batu cincin yang indah itu, seharusnya terlihat indahnya, atau semakin indah jika bisa dilihat keindahannya pada keadaan penerangan umum indoor atau outdoor.

Jadi, sungguh berbalik dengan perhitungan di luar negeri, dimana semakin banyak kotoran / inklusi semakin murah, disini semakin mahal.

Kesimpulan kami soal dipanasi (heat) :

Batu batu perhiasan, sejak ditemukan beribu tahun lalu sudah sering ditemukan dalam keadaan sudah dipanasi, jadi memanasi batu itu sudah sangat lumrah, bahkan alam-pun memanasi batu dalam kurun waktu ribuan, jutaan, milyaran tahun.
Jadi memanasi batu (cuma dipanasi tidak menambah kandungan) dimana tujuannya untuk memperindah si batu adalah masih sangat di terima oleh masyarakat internasionl, apapun batunya.
Inilah maksud dari kata “treatment heated” atau perlakuan yang terjadi pada si batu baik sebelum atau sesudah di asah.


Padahal si penjual batu waktu diajak berbicara, dia lagi mencelupkan batu bacan pada jenis cairan agar lebih jernih, bukankah tindakan tersebut termasuk “men-treatment” batu bacan agar lebih terlihat indah?

Adalah suatu ketidak-mengertian yang akhirnya membuat banyak orang awam tambah bingung, dimana memanasi batu tidak diterima, tapi mencelupkan bacan pada cairan kimia baginya diterima.

Kesimpulan soal Sintetis:

Setahu kami, tidak ada perusahaan atau perorangan pada dunia internasional yang mencoba men-sintetiskan lavender atau chalcedony, sebab harga chalcedony tidak ada yang mahal, semuanya murah, apalagi yang hanya berbentuk batu cincin yang diasah polos dan mengandung banyak SERAT atau KOTORAN yang banyak.

Dibawah ini lavender termahal yang pernah kami temui, harganya sekitar 5 jutaan, karena ada proses mengukir atau ukiran.




lavender termahal

Dibawah ini, lavender yang masih cukup murah:





kavender biru

Dibawah ini, lavender pada harga 300 ribuan yang dijual di luar negeri.




kavender biru

Dibawah ini, koleksi lavender biru kami, asal afrika, di treatment heating, import dari amerika, hanya berharga sekitar 1 jutaan karena mahal ongkos kirim saja.




Sky Blue Chalcedony 12715



Sky Blue Chalcedony 12715

Jadi menurut hemat kami, batu chalcedony yang berwarna ungu sangat muda (tidak kuat) ditambah lagi berserat kura-kura, jika di hitung dengan standarisasi ke indahan batu secara internasional, jauh lebih baik kami memilih kecubung, karena kecubung praktis lebih mudah ditemui dalam keadaan Ungu yang kuat dan kejernihan yang tinggi.

Tujuan penulisan ini hanya berbagi, kami yakin di Indonesia yang tercinta ini, pasti memiliki juga deposit batu mulia yang berkualitas internasional, dan jika kita mengetahui apa itu batu mulia, yang murah, yang mahal bahkan berkualitas heirloom (Pusaka), tentulah akan membuat kita sesama pencinta batu mulia tidak tertipu dalam perdagangan batu secara nasional dan internasional.

No comments:

Post a Comment