Batu mulia adalah jenis batu permata yang berasal dari campuran mineral alam.
Batuan jenis ini memiliki komposisi kandungan kimia yang berbeda-beda. Oleh
sebab itu kandungan yang berada di dalamnya mempengaruhi struktur kristal
batuan tersebut. Sehingga berdampak pada kepadatan masing–masing batu.
Seiring berkembangnya jaman, cincin–cincin bermata batu akik yang sudah ada
sejak dulu kini memasuki masa keemasannya. Masa ini menjadikan cincin batu
akik menjadi fenomena tersendiri. Lantas fenomena itu tidak hanya digandrungi
oleh kalangan usia tua saja, tetapi juga merambah pada kalangan usia muda yang
kini tidak malu atau canggung memamerkan salah satu aksesoris jari tersebut.
Beberapa tahun lalu hanya segelintir orang atau beberapa kalangan saja yang
gemar menggunakan batu cincin. Kegemaran itu juga terkadang didasari oleh
kelenik atau kepercayaan terhadap kekuatan–kekuatan magis yang tidak masuk
akal. Namun seiring berjalannya waktu kepercayaan–kepercayaan tersebut mulai
bergeser dan mengarah ke arah fashion. Dimana saat ini para pengguna batu
cincin lebih mementingkan penampilan mereka dibanding kepercayaan terhadap
kelenik. Hingga pertengahan tahun 2014 peminat pengguna batu cincin meningkat
tajam. Mulai dari kalangan dewasa sampai remaja berumur belasan tahun.
Fenomena ini secara kasat mata dapat kita lihat dari maraknya pedagang batu
cincin yang menggelar dagangannya di halaman pertokoan sampai persimpangan
jalan. Selain itu di sudut sudut jalan sering terlihat ketika orang berbincang ada
pembahasan mengenai batu cincin.
Demam batu cincin juga merambah ke Provinsi Lampung. Banyak pedagang batu
cincin membuka kios di pinggiran jalan. Bahkan di kota Bandar Lampung sebagai
ibu kota provinsi Lampung terdapat beberapa pusat penjualan batu cincin, salah
satunya adalah komplek pertokoan Pasar Tengah. Banyak penjualan batu cincin
menggelar dagangannya di depan–depan toko yang berada di Pasar Tengah.
Untuk berbelanja batu cincin kita harus pintar–pintar menawar, karena apabila
tidak akan tertipu dengan harga yang sangat mahal ditawarkan oleh pedagang batu
cincin. Aneka macam batu mulia ditawarkan mulai dari blue safir, ruby, bacan,
sungai dareh dan bungur. Harga yang ditawarkan juga beraneka ragam mulai dari
harga Rp. 20.000 sampai puluhan juta rupiah.
Di Pasar Tengah kota Bandar Lampung yang merupakan salah satu pusat
penjualan batu cincin terdapat kurang lebih 53 pedagang sekaligus pengrajin batu
akik. Dari 53 pedagang dan pengrajin ini diketahui pendapatan selama satu bulan
tidak menentu, karena terkadang terdapat pedagang yang mampu menjual batu
mulia dengan harga yang cukup mahal hingga jutaan rupiah. Namun terkadang
ada pedagang yang hanya mampu menjual dengan harga yang tidak terlalu besar.
Di berbagai belahan dunia tidak semua tempat mengandung batu mulia. Seperti
halnya Indonesia hanya beberapa tempat saja yang mengandung batu mulia,
contohnya adalah di Lampung. Batu mulia yang terdapat di Lampung berupa batu
jenis cempaka dan anggur yang cantik. Kemudian di Kalimantan terdapat
kecubung dan intan. Serta di Banten yang merupakan penghasil kalimaya.
Permata yang paling digemari adalah yang berkristal. Contoh batuan yang
berkristal adalah zamrud, ruby, berlian dan safir serta batu mulia jenis anggur
seperti biru langit, bungur dan kecubung yang berasal dari tanjung bintang. Oleh
karena itu daerah yang saat ini diburu oleh banyak kolektor batu mulia akibat
kualitas kristalnya ialah Lampung.
Dari seorang konsumen yang akan membeli atau mengenakan suatu produk
tentunya akan mencapai sebuah titik untuk mengambil keputusan membeli atau
tidak produk tersebut. Dalam sebuah pengambilan keputusan pembelian ini
terdapat proses–proses yang mampu mempengaruhi hal tersebut. Menurut Kotler
(2000) konsumen dalam melakukan keputusan pembelian ada lima tahapan yaitu
pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan
pembelian dan perilaku pasca pembelian. Kemudian Hawkins et al. (1992) dan
engel et al. (1990) mengungkapkan bahwa proses pengambilan keputusan pada
konsumen bermula dari pengenalan masalah yang dipecahkan dengan pembelian
produk. Dalam hal ini konsumen mencari informasi tentang produk tertentu,
kemudian mengevaluasi seberapa baik masing–masing alternatif memecahkan
masalahnya. Evaluasi produk tersebut akan mengarahkan pada keputusan
pembelian.
Salah satu hal pokok yang dapat mempengaruhi konsumen batu cincin untuk
memakai batu tersebut adalah atribut produknya. Atribut produk adalah
karakteristik yang membedakan suatu produk dari produk lain (Henley et al.
2010). Kemudian menurut Fandy (2008) atribut produk adalah unsur produk yang
dianggap penting oleh konsumen dan dijadikan dasar pengambilan keputusan oleh
konsumen. Sebagai salah satu bagian atribut produk, warna merupakan hal dasar
yang dilihat oleh seorang konsumen dalam memilih produk tersebut. Warna dapat
menjadi titik ukur suatu barang akan di beli atau tidak. Seorang konsumen jika
ingin membeli sebuah produk batu cincin tidak hanya warna yang menjadi dasar
pertimbangan untuk mengambil keputusan tetapi juga bentuk batu, ukuran batu,
motif atau corak batu dan dari daerah mana batu tersebut diperoleh. Daerah asal
batu menjadi tolak ukur pengambilan keputusan pembelian karena pertimbangan
unsur–unsur kandungan kimia yang terdapat di daerah tersebut. Hal ini didukung
oleh penelitian yang dilakukan oleh Suswardi pada tahun 2012 dengan judul
penelitian Pengaruh Atribut Produk Terhadap Keputusan Pembelian Sepeda
Motor Suzuki Satria FU (Studi Khusus Pada Daeler Suzuki Sanggar Mas Jaya
Karawang) hasilnya menunjukkan atribut produk berpengaruh secara signifikan
terhadap keputusan pembelian pada konsumen.
Kemudian reference group menurut Peter dan Olson (2010: 336) refrense group
atau kelompok referensi merupakan sekelompok orang yang dijadikan dasar
pembanding atau titik referensi dalam membentuk tanggapan kognisi dan afeksi
serta menyatakan perilaku seseorang. Kelompok referensi memberikan standar
(norma) dan nilai yang menjadi perspektif penentu seseorang berfikir atau
bertindak. Didukung oleh penelitian yang dilakukan Fatharani pada tahun 2009
dengan judul penelitian Pengaruh Gaya Hidup (Lifestyle), Harga (Price) dan
Kelompok Referensi (Reference Group) Terhadap Keputusan Pembelian Telepon
Seluler Blackberry (Studi Pada Mahasiswa Program S1 Angkatan 2009 FISIP
Universitas Diponegoro) diketahui bahwa ternyata reference group secara parsial
berpengaruh 50,8% terhadap keputusan pembelian.
Fatharani juga mengungkapkan bahwa gaya hidup (Lifestyle) secara parsial
berpengaruh sebesar 40,6% terhadap keputusan pembelian. Menurut Sumarwan
(2011: 45) mengatakan bahwa gaya hidup menggambarkan perilaku seseorang
tentang bagaimana dia hidup, menggunakan uang dan memanfaatkan waktu yang
dimiliki dalam aktivitas, minat dan opininya.
Atis-V.blogspot.com
No comments:
Post a Comment