Tuesday, November 15, 2016

Batu Mulia : Defenisi Dan Penyebarannya

Batu mulia adalah jenis batu permata yang berasal dari campuran mineral alam.

Batuan jenis ini memiliki komposisi kandungan kimia yang berbeda-beda. Oleh

sebab itu kandungan yang berada di dalamnya mempengaruhi struktur kristal

batuan tersebut. Sehingga berdampak pada kepadatan masing–masing batu.

Seiring berkembangnya jaman, cincin–cincin bermata batu akik yang sudah ada

sejak dulu kini memasuki masa keemasannya. Masa ini menjadikan cincin batu

akik menjadi fenomena tersendiri. Lantas fenomena itu tidak hanya digandrungi

oleh kalangan usia tua saja, tetapi juga merambah pada kalangan usia muda yang

kini tidak malu atau canggung memamerkan salah satu aksesoris jari tersebut.

Beberapa tahun lalu hanya segelintir orang atau beberapa kalangan saja yang

gemar menggunakan batu cincin. Kegemaran itu juga terkadang didasari oleh

kelenik atau kepercayaan terhadap kekuatan–kekuatan magis yang tidak masuk

akal. Namun seiring berjalannya waktu kepercayaan–kepercayaan tersebut mulai

bergeser dan mengarah ke arah fashion. Dimana saat ini para pengguna batu

cincin lebih mementingkan penampilan mereka dibanding kepercayaan terhadap

kelenik. Hingga pertengahan tahun 2014 peminat pengguna batu cincin meningkat

tajam. Mulai dari kalangan dewasa sampai remaja berumur belasan tahun.



Fenomena ini secara kasat mata dapat kita lihat dari maraknya pedagang batu

cincin yang menggelar dagangannya di halaman pertokoan sampai persimpangan

jalan. Selain itu di sudut sudut jalan sering terlihat ketika orang berbincang ada

pembahasan mengenai batu cincin.

Demam batu cincin juga merambah ke Provinsi Lampung. Banyak pedagang batu

cincin membuka kios di pinggiran jalan. Bahkan di kota Bandar Lampung sebagai

ibu kota provinsi Lampung terdapat beberapa pusat penjualan batu cincin, salah

satunya adalah komplek pertokoan Pasar Tengah. Banyak penjualan batu cincin

menggelar dagangannya di depan–depan toko yang berada di Pasar Tengah.

Untuk berbelanja batu cincin kita harus pintar–pintar menawar, karena apabila

tidak akan tertipu dengan harga yang sangat mahal ditawarkan oleh pedagang batu

cincin. Aneka macam batu mulia ditawarkan mulai dari blue safir, ruby, bacan,

sungai dareh dan bungur. Harga yang ditawarkan juga beraneka ragam mulai dari

harga Rp. 20.000 sampai puluhan juta rupiah.

Di Pasar Tengah kota Bandar Lampung yang merupakan salah satu pusat

penjualan batu cincin terdapat kurang lebih 53 pedagang sekaligus pengrajin batu

akik. Dari 53 pedagang dan pengrajin ini diketahui pendapatan selama satu bulan

tidak menentu, karena terkadang terdapat pedagang yang mampu menjual batu

mulia dengan harga yang cukup mahal hingga jutaan rupiah. Namun terkadang

ada pedagang yang hanya mampu menjual dengan harga yang tidak terlalu besar.


Di berbagai belahan dunia tidak semua tempat mengandung batu mulia. Seperti

halnya Indonesia hanya beberapa tempat saja yang mengandung batu mulia,

contohnya adalah di Lampung. Batu mulia yang terdapat di Lampung berupa batu

jenis cempaka dan anggur yang cantik. Kemudian di Kalimantan terdapat

kecubung dan intan. Serta di Banten yang merupakan penghasil kalimaya.

Permata yang paling digemari adalah yang berkristal. Contoh batuan yang

berkristal adalah zamrud, ruby, berlian dan safir serta batu mulia jenis anggur

seperti biru langit, bungur dan kecubung yang berasal dari tanjung bintang. Oleh

karena itu daerah yang saat ini diburu oleh banyak kolektor batu mulia akibat

kualitas kristalnya ialah Lampung.

Dari seorang konsumen yang akan membeli atau mengenakan suatu produk

tentunya akan mencapai sebuah titik untuk mengambil keputusan membeli atau

tidak produk tersebut. Dalam sebuah pengambilan keputusan pembelian ini

terdapat proses–proses yang mampu mempengaruhi hal tersebut. Menurut Kotler

(2000) konsumen dalam melakukan keputusan pembelian ada lima tahapan yaitu

pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan

pembelian dan perilaku pasca pembelian. Kemudian Hawkins et al. (1992) dan


engel et al. (1990) mengungkapkan bahwa proses pengambilan keputusan pada

konsumen bermula dari pengenalan masalah yang dipecahkan dengan pembelian

produk. Dalam hal ini konsumen mencari informasi tentang produk tertentu,

kemudian mengevaluasi seberapa baik masing–masing alternatif memecahkan

masalahnya. Evaluasi produk tersebut akan mengarahkan pada keputusan

pembelian.

Salah satu hal pokok yang dapat mempengaruhi konsumen batu cincin untuk

memakai batu tersebut adalah atribut produknya. Atribut produk adalah

karakteristik yang membedakan suatu produk dari produk lain (Henley et al.

2010). Kemudian menurut Fandy (2008) atribut produk adalah unsur produk yang

dianggap penting oleh konsumen dan dijadikan dasar pengambilan keputusan oleh

konsumen. Sebagai salah satu bagian atribut produk, warna merupakan hal dasar

yang dilihat oleh seorang konsumen dalam memilih produk tersebut. Warna dapat

menjadi titik ukur suatu barang akan di beli atau tidak. Seorang konsumen jika

ingin membeli sebuah produk batu cincin tidak hanya warna yang menjadi dasar

pertimbangan untuk mengambil keputusan tetapi juga bentuk batu, ukuran batu,

motif atau corak batu dan dari daerah mana batu tersebut diperoleh. Daerah asal

batu menjadi tolak ukur pengambilan keputusan pembelian karena pertimbangan

unsur–unsur kandungan kimia yang terdapat di daerah tersebut. Hal ini didukung

oleh penelitian yang dilakukan oleh Suswardi pada tahun 2012 dengan judul

penelitian Pengaruh Atribut Produk Terhadap Keputusan Pembelian Sepeda

Motor Suzuki Satria FU (Studi Khusus Pada Daeler Suzuki Sanggar Mas Jaya

Karawang) hasilnya menunjukkan atribut produk berpengaruh secara signifikan

terhadap keputusan pembelian pada konsumen.


Kemudian reference group menurut Peter dan Olson (2010: 336) refrense group

atau kelompok referensi merupakan sekelompok orang yang dijadikan dasar

pembanding atau titik referensi dalam membentuk tanggapan kognisi dan afeksi

serta menyatakan perilaku seseorang. Kelompok referensi memberikan standar

(norma) dan nilai yang menjadi perspektif penentu seseorang berfikir atau

bertindak. Didukung oleh penelitian yang dilakukan Fatharani pada tahun 2009

dengan judul penelitian Pengaruh Gaya Hidup (Lifestyle), Harga (Price) dan

Kelompok Referensi (Reference Group) Terhadap Keputusan Pembelian Telepon

Seluler Blackberry (Studi Pada Mahasiswa Program S1 Angkatan 2009 FISIP

Universitas Diponegoro) diketahui bahwa ternyata reference group secara parsial

berpengaruh 50,8% terhadap keputusan pembelian.

Fatharani juga mengungkapkan bahwa gaya hidup (Lifestyle) secara parsial

berpengaruh sebesar 40,6% terhadap keputusan pembelian. Menurut Sumarwan

(2011: 45) mengatakan bahwa gaya hidup menggambarkan perilaku seseorang

tentang bagaimana dia hidup, menggunakan uang dan memanfaatkan waktu yang

dimiliki dalam aktivitas, minat dan opininya.



Atis-V.blogspot.com

No comments:

Post a Comment