Saturday, December 24, 2016

Suku Bugis/Makassar dan Tradisi Penggunaan Batu Akik

Jauh sebelum tren penggunaan batu mulia meluas seperti saat ini, suku Bugis/Makassar telah akrab dengan penggunaan batu mulia. Bahkan memiliki batu mulia sama pentingnya dengan kepemilikan badik, karena di dalamnya terdapat simbol-simbol dan kepercayaan.

“Dahulu, memang dikenal dua keahlian, panre bassi (pembuat besi) untuk badik/kawali, dan panre kalasa untuk pembuat cincin/pengrajin batu,” ungkap Farid Makkulaw, budayawan asal Pangkep.

“Dalam tradisi orang Bugis/Makassar kepemilikan kawali/badik dengan batu permata merupakan satu paket,“ lanjutnya.

Dua jenis batu mulia yang banyak digunakan adalah Perroso dan Ako. Biasanya dua jenis batu mulia ini dipakai bersamaan. “Peroso di jemari kiri dan Ako atau Akek dijemari kanan,” jelas budayawan yang juga mengoleksi beberapa batu mulia ini.

Bagi masyarakat Bugis/Makassar, tidak semua batuan mulia itu digunakan sebagai perhiasan. Beberapa dipadukan dengan sarung badik/kawali ada juga yang sekadar disimpan, utamanya berupa mustika atau kulawu.

“Orang tua dahulu tidak mengenal passiko bulaeng (ikat emas) dan perak, karena yang mereka agungkan adalah batunya,” lanjut Farid.

Batu mulia seperti halnya dengan badik juga bercampur dengan kepercayaan akan kharisma yang ditimbulkan bagi pemiliknya.

Artis-V.blogspot.com

No comments:

Post a Comment